Sabtu, 13 Juni 2015

Wayang Golek dan Mitos Anak Hilang

Beberapa tahun lalu seorang anak bernama Egi, siswa kelas enam SD Sukadana Kecamatan Sukadan, Kabupaten Ciamis, dikabarkan hilang, malam hari tanggal 11 Juni, sehari sebelum hari jadi Ciamis yang jatuh pada tanggal 12 Juni dilansir FOKUSjabar.com.
Ilustrasi-Wayang-Golek
Menurut keluarga, Egi dari rumah pamit pergi ke Ciamis kota untuk menyaksikan pagelaran wayang golek Giri Harja 3 di Taman Raflesia alun – alun Ciamis. Namun, hingga keesokan harinya, Egi tak pulang ke rumah. Berita anak hilang pun beredar di hampir semua media massa saat itu.
Seorang pengamat sosial dan sejarah Ciamis, yang pada saat itu aktif di Forum Diskusi Alun – Alun (FDA) Ciamis, Didi Ruswendi, membuka cerita rakyat yang konon pernah berkembang pada zaman dahulu.
“Ada mitos, dulu, jika ada pagelaran wayang pada malam tanggal hari jadi, itu diyakini si anak dibawa oleh Onom Galuh (sebutun makhluk gaib yang diyakini sebagai penjaga Tatar Galuh), saya curiga Egi mengalami hal yang sama, karena ia hilang pada saat ingin nonton wayang golek, di malam hari jadi, “ papar Didi Ruswendi kepada sejumlah media massa, pada saat itu.
Terbukti, enam bulan dari kabar kehilangan Egi, ketika orangtuanya mengumpulkan warga untuk menggelar pengajian dan tahlil, karena dikhawatirkan Egi sudah meninggal, tiba-tiba Egi muncul diantar oleh Kepolisian Majalengka.
Kabar kepulangan Egi si anak hilang pun menyebar. Wartawan Ciamis mengejar ke rumahnya. Egi nampak duduk tenang, diantara kumpulan warga yang akan bertahlil. Dari sanalah muncul cerita aneh yang diutarakan Egi kepada wartawan.
Kepada sejumlah wartawan, Egi mengaku bertemu dengan kakek-kakek di sekitaran alun – alun Ciamis saat ia menyaksikan wayang golek. Oleh sang kakek, Egi dipertemukan dengan tokoh atau karuhun, antara lain Syeh Abdul Muhyi, Abdul Kodir Jaelani, Roro Kidul, Boros Ngora, Raja Galuh, dan beberapa nama lain yang dikeramatkan dan dikulutuskan.
Orangtua Egi pun merasa aneh, Egi yang dikhawatirkan kurus tidak bisa makan, pulang justeru dalam keadaan segar, dan berisi. Namun, Egi yang tadinya pendiam, malah pandai berbicara.
Dari pengakuaan Egi tersebut, semakin terbukti apa yang disampaikan Didi Ruswendi tentang mitos anak hilang pada pertunjukan wayang golek, di malam hari jadi Ciamis.
“ Duh, kok beneran ya, padahal saya ngomong sama wartawan juga gak yakin dulu, sekarang malah jadi agak percaya, “ papar Didi, pada saat itu, ketika tahu cerita yang diutarakan Egi selama dikabarkan hilang.
Dari peristiwa tersebut dan terkuaknya cerita rakyat atau mitos yang dipaparkan Didi Ruswendi, membuktikan bahwa pagelaran wayang golek sudah menjadi tradisi masa lalu warga Ciamis, dalam memperingati malam hari jadi Ciamis. Sekalipun, pada zaman dulu,